Senin, 05 September 2011

PERBEDAAN BUKAN SEBUAH PERSOALAN

Selama dunia ini masih berputar dan roda kehidupan tetap berjalan, perbedaan dalam hidup akan tetap ada. Perbedaan menjadikan hidup semakin berwarna dan arti hidup lebih jelas terasa. Coba anda bayangkan jika tidak ada perbedaan dalam dunia, apa jadinya.
Setiap orang memiliki pandangan tersendiri mengenai sebuah perbedaan, namun yang sering menjadi sebuah kekeliruan adalah ketika perbedaan ini dijadikan sebagai benih persoalan.
Dahulu saya pernah mendengar cerita tentang kebiasaan orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan dan masa depan anak lelaki mereka daripada anak perempuan, karena menurut mereka bahwa ketika anak perempuan menjadi dewasa, mereka hanya akan dipinang dan menikah kemudian meninggalkan orang tua tanpa ada manfaat apapun. Sedangkan kehadiran anak lelaki dalam keluarga akan menjadi berkat karena bagi mereka anak lelaki bisa membantu keluarga dalam mencari nafkah, dan kalaupun menikah, mereka akan tetap ada di tengah-tengah keluarga.
Jika kita hanya melihat dari sisi yang sempit, memang pendapat itu adalah hal yang benar, namun coba kita lihat hal ini dari sisi yang lebih luas. Mungkin pada masa-masa yang lalu, peran seorang perempuan tidaklah banyak diakui dan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan sebuah keluargapun masih dibawah standar, sehingga apa yang menjadi kekayaan mereka hanyalah diprioritaskan untuk anak laki-laki. Tapi coba anda bandingkan keadaan masa lalu dengan masa sekarang, nyatanya tidak sedikit perempuan-perempuan di dunia menjadi sukses dalam berkarya dan berkarir.
Pendapat masa lalu kini hilang termakan zaman, karena akhirnya realitas kehidupan menjelaskan bahwa ternyata perbedaan bukanlah sebuah persoalan. lelaki atau perempuan adalah mahkluk TUHAN yang sam-sama memiliki pikiran maupun perasaan, sehingga untuk menjadi sosok yang lebih baik, tak perlu mengutamakan perbedaan yang ada, malah seharusnya perbedaan itu menjadi pelengkap dalam hidup.
Sebuah contoh kecil adalah jika sebuah rumah tangga dibangun dalam perbedaan yang ada sebelumnya, seharusnya mereka ( suami dan istri ) mampu melengkapi satu sama lain. Suami tidak hanya merasa sebagai lelaki yang patut dilayani namun seharusnya ia juga dapat melayani. Ketika sang istri terbaring karena kesakitan, sang suami tak perlu malu untuk memerankan apa yang menjadi peran sang istri.

Mungkin para lelaki yang membaca tulisan ini berpikir bahwa ini adalah pendapat yang bodoh untuk dilakukan, tapi itu adalah sebuah tuntutan dalam hidup berumah tangga, jika bukan anda yang melakukannya bagi istri anda, siapa lagi.....???
Sekarang buanglah jauh segala hal yang anda anggap sebagai perbedaan anda dengan orang lain, sebab ketika anda tetap terjerat dalam perbedaan, maka anda akan lebih banyak menikmati pahitnya kehidupan daripada tawaran manisnya. Dan ketika anda hanya mampu melihat perbedaan dan bukan persamaannya, maka saya yakin bahwa andalah penyebab timbulnya kehancuran hidup anda sendiri.

Tidak ada komentar: