Rabu, 06 November 2013

REALITA BER-KB WANITA KAWIN DI MALUKU


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang sudah sejak lama dijalankan untuk menciptakan kaluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Hal ini menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk di Indonesia yang ada di posisi ke empat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika.
Jumlah penduduk yang sangat besar tidak selalu berdampak baik untuk sebuah negara, namun sebaliknya pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu memberi dampak negatif di segala segi kehidupan manusia. Dari segi pendidikan, banyak anak-anak usia sekolah tidak mampu mengecap pendidikan karena keterbatasan orang tua ; dari segi sosial masih banyak keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan ; di sisi lain lingkungan menjadi tercemar karena sampah dan polusi ; Kurangnya lapangan kerja yang menimbulkan banyak pengangguran dan berbagai dampak lainnya.
Keluarga Berencana (KB) menjadi solusi untuk menghadapi persoalan tersebut, sehingga sejak dini setiap keluarga bisa merencanakan masa depan keluarganya dengan baik dan membuahkan kebahagiaan serta kesejahteraan. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, menunjukan bahwa tingkat pengguna kontrasepsi modern di Indonesia telah mencapai 57,4 persen sedangkan untuk provinsi Maluku hanya sebesar 29,4 persen. Data ini menjadikan provinsi Maluku berada pada posisi ke dua dengan penggunaan kontrasepsi terendah di Indonesia. Realita inilah yang diteliti dalam hasil studi seorang perempuan asal Maluku yang berkesempatan memperoleh pendididikan lanjut pada Universitas Mahidol, Thailand.
Setiap orang mungkin mampu melihat seberapa persen perkembangan program Keluarga Berencana di Maluku melalui data dan informasi yang diperoleh, namun untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi persentase tersebut mungkin tidak semua orang bisa mengetahuinya. Atas dasar inilah studi yang dilakukan memberikan jawaban pasti atas pertanyaan semua orang tentang minimnya angka penggunaan kontrasepsi modern dikalangan wanita kawin di provinsi Maluku.  Hasil studi membuktikan bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi wanita kawin di Provinsi Maluku tidak menggunakan kontrasepsi, antara lain :
1.       Pendidikan
2.       Jumlah Anak Hidup
3.       Persetujuan Suami
4.       Informasi KB melalui TV
5.       Kunjungan Petugas KB

  
1.   Pendidikan
Wanita di Maluku yang hanya memiliki pendidikan dasar sebesar 43,5 persen, itu berarti bahwa hampir setengah dari wanita kawin di Maluku masih  memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sudah pasti berdampak  pada minimnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.

2.   Jumlah Anak Hidup
Banyaknya jumlah anak yang masih hidup dalam sebuah keluarga ternyata juga menjadi salah satu faktor yang berdampak langsung terhadap  penggunaan kontrasepsi, karena berdasarkan hasil studi yang diperoleh, ternyata wanita kawin yang memiliki lebih dari 4 anak dalam keluarga lebih cenderung tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini lebih jelas terlihat di daerah pedesaan yang sebagian besar pekerjaan orang tua adalah sebagai petani maupun nelayan. Bagi mereka, anak merupakan aset keluarga yang dapat dijadikan sebagai tenaga kerja untuk membantu mereka  di hutan maupun di lautan, sehingga tidak ada keinginan untuk membatasi jumlah anak.

3.   Persetujuan Suami
Suami adalah kepala keluarga yang memiliki pengaruh kuat dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk dalam hal ber-KB. Banyak wanita kawin di Maluku tidak menggunkan KB karena tidak mendapat persetujuan sang suami. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan suami untuk memiliki anak lagi maupun dari segi agama, anak diakui sebagai anugerah TUHAN yang tidak boleh dibatasi keberadaannya.

4.   Informasi KB melalui TV
Televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang mampu memberikan informasi kepada setiap orang secara audio maupun visual, dan televisi menjadi media yang sangat efektif dalam penyampaian sebuah informasi.  Keterbatasan atau kurangnya informasi melalui Televisi inilah yang juga memberi dampak bagi wanita kawin di Maluku sehingga tidak menggunakan kontrasepsi. Keterbatasan ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi yaitu ;
1.     Tidak ada/ kurangnya informasi KB yang disampaikan ; dan
2.  Ada kemungkinan sebagian wilayah di Maluku belum memiliki aliran listrik sehingga banyak keluarga tidak memiliki televisi.

5.   Kunjungan Petugas KB
Sebagaimana kita ketahui bahwa petugas KB adalah tonggak keberhasilan program Keluarga Berencana, dan ketika ada keterbatasan tenaga petugas yang dipengaruhi oleh otonomisasi daerah serta kondisi geografi Provinsi Maluku yang terdiri dari beribu pulau, maka secara langsung membatasi jangkauan pelayanan KB di berbagai wilayah terpencil.
  
Dari kelima faktor ini, ternyata persetujuan suami dan kunjungan petugas KB yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keikutsertaan wanita kawin di Maluku dalam program KB. Dengan demikian diperlukan strategi yang lebih tepat oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Maluku untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, Karena tidaklah bermakna jika suatu strategi dilakukan tanpa mengetahui permasalahan apa yang ada dibalik setiap kelemahan – kelemahan yang ada.